Setiap Rumah Tangga Pasti Ada Saja Ujiannya

9
Jun 2023
Kategori : Artikel
Penulis : humas
Dilihat :620x

Oleh: Herlin*

Setiap orang sudah pasti menginginkan hubungan yang langgeng dan tidak mempunyai masalah. Tapi membangun sebuah hubungan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karena hubungan yang baik itu harus dibangun oleh kedua belah pihak.

perjalanan hubungan rumah tangga setiap pasangan juga ada naik turunnya. Mulai dari kesalahpahaman hingga rasa cemburu, ada saja alasan yang bisa memicu pertikaian sengit antara dua orang dalam suatu hubungan pernikahan.

Namun ini memang merupakan suatu fakta yang patut dimaklukmi semua orang. Penjalinan hubungan cinta antara dua orang yang cara berpikir, cara menanggapi masalah, cara melampiaskan emosi serta cara menyampaikan sudut pandangnya berbeda antar satu sama lain tentunya tidak akan pernah luput dari yang namanya konflik.

Konflik ibaratnya efek samping alami yang dihasilkan dari upaya keras menyatukan dua otak yang berbeda jalan pikirnya. Meski tergolong normal, jika durasi serta frekuensi konflik berkepanjangan, maka tidak dapat dipungkiri lagi, ada yang tidak beres dengan hubungan itu. Dan tidak seharusnya dianggap enteng dan dibiarkan sembuh sendiri seiring berjalannya waktu. Salah satu di antaranya yaitu ketika pasangan sudah mulai tidak sejalan, ketidaksamaan dalam melangkah. Mungkin awal nikah, mereka adalah pasangan yang sejalan dan seirama.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, langkah keduanya mulai tak seiring sejalan. Boleh jadi salah satu dari pasangan tersebut ada yang semakin berkibar dan mentereng namun di sisi lain, pasangannya justru cuma jalan di tempat. Bahkan boleh jadi mundur ke belakang.

Sering menemukan kisah rumah tangga saudara-saudara kita. Jika laki-laki bergerak semakin maju, biasanya rumah tangga masih bertahan. Tapi jika perempuan yang lebih maju dan si suami tidak bisa mengimbangi langkah istrinya, Justru berakhir dengan perpisahan.

Kisah dari perjalanan rumah tangga seorang teman, di tengah karir intelektual dan ekonominya yang gemilang, menyadari langkah suaminya jauh tertinggal, dia memilih pulang, menghidupkan kembali cahaya rumahnya yang hampir padam, mengambil keputusan mundur ke belakang. Mendekatkan jarak langkah dengan suaminya.

Sebelumnya sempat terbersit di pikirannya untuk berpisah. Namun suaminya tidak bermaksiat, tidak selingkuh, rajin ibadah, cuma “lelet mikir”, kurang agresif dan kurang kreatif. Si istri kesal karena bagai mendorong mobil tanpa ban dan semakin tidak nyambung dalam banyak hal. Sedangkan si suami makin kaku untuk mengiringi langkah istrinya yang semakin melesat.

Namun ada satu catatan nasehat yang dapat kita jadikan pelajaran yaitu ketika seorang istri berkata “Mencari ridho suami lebih saya sukai ketimbang tepuk tangan manusia.” Lalu kemudian ia mundur beberapa langkah ke belakang agar tetap seiring sejalan bersama langkah suaminya sehingga suaminya pun mulai nyaman kembali berjalan bersamanya.

Dengan langkah kecil tersebut, istri tersebut telah menyelamatkan bahtera rumah tangganya. Dia mendekatkan jarak yang mulai merenggang. Dia menautkan hati yang mulai menjauh. Masyaallah, mereka berhasil menaklukkan salah satu ujian dalam rumah tangganya.

Dan kita, juga pasti memiliki ujian dalam rumah tangga kita. Maka tetaplah semangat dalam menghadapinya dan tetaplah bergandeng tangan meski mungkin dengan beberapa langkah mundur ke belakang agar tetap bisa berjalan beriringan. Demikian.

*Penulis adalah penyuluh Singkawang Barat