Pabbajja Samanera Melatih Umat Buddha Mempraktekkan Kehidupan Meninggalkan Keduniawian

26
Jun 2024
Kategori : Berita
Penulis : humas
Dilihat :445x

Singkawang (Kemenag) – Bulan Juni merupakan kesempatan bagi remaja Buddhis atau umat Buddha untuk mengikuti Pabbajja Samanera. Pabbajja Samanera merupakan kegiatan untuk melatih umat Buddha mempraktekkan kehidupan meninggalkan keduniawian, Rabu (26/06/2024).

Menurut Tjia Kong Min selaku Kasi Urusan Buddha, menyatakan bahwa Pabbajja dalam literatur pali mengacu pada tindakan meninggalkan kehidupan berumah menuju kehidupan tanpa rumah.

“Syarat untuk mengikuti pabbajja samanera adalah seorang anak laki-laki yang sudah memiliki usia yang dikatakan cukup, Di zaman dahulu, anak laki-laki yang sudah bisa melempar burung gagak dengan batu, dianggap sudah cukup kuat fisiknya, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan penahbisan sebagai samanera.,” jelas Tjia Kong Min.

Tjia Kong Min juga menjelaskan, kegiatan ini jika diperuntukkan bagi pria, maka disebut Pabbajja Samanera, sedangkan bagi wanita disebut Latihan Atthasilani.

Peserta Pabbajja untuk pria wajib mencukur habis rambut, alis, kumis dan jenggot. Serta melepaskan pakaian umat awam, menggantinya dengan jubah, hal ini dimaksudkan sebagai pelepasan keduniawian, mengikuti langkah Guru Agung Sang Buddha.

Sedangkan untuk peserta wanita diperkenankan mencukur habis rambut atau tidak, tetapi sangat disarankan untuk mencukur habis rambutnya. karena sebagai seorang wanita untuk melepas rambut yang dianggap sebagai mahkota, adalah hal yang tidak mudah. Hal ini juga dimaksudkan untuk melepaskan keduniawian, kemudian peserta wanita selanjutnya mengenakan jubah berwarna putih.

Dalam mengikuti Pabbajja, aktifitas semua peserta mengikuti jadwal yang telah ditentukan,mulai bermeditasi, mengembangkan batinnya, mengikuti puja bakti pagi, kemudian mengambil mangkok (patta), dan menerima derma makanan dari masyarakat, mendapatkan pendidikan dari para Bhikkhu, serta melakukan puja bakti malam.

Kehidupan samanera dan atthasilani disokong oleh umat. Setiap harinya, para Samanera dan Atthasilani makan hanya 2 kali, yaitu pagi jam 7.00 dan siang jam 11.00, diperbolehkan juga hanya makan 1 kali, setelah lewat tengah hari, hanya mengkonsumsi minuman saja seperti air mineral, teh dan kopi. Tidak boleh makan malam, apalagi mengemil. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan, serta mempermudah kehidupan sebagai Samanera dan Atthasilani.

Dalam mengikuti Pabbajja, para Samanera dan Atthasilani juga diberikan pendidikan dengan penekanan keyakinan kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha. Serta mempunyai attitude yang baik, etika sosial yang baik seperti: sopan santun dalam berperilaku, bisa menghargai orang lain, mempunyai etika yang baik kepada orang tua, teman, saudara, dan orang lain, bisa mandiri, mempunyai tingkah laku yang pantas, baik itu ketika sedang sendiri atau sedang dalam bersama orang lain.

Para Samanera dan Atthasilani sementara yang telah menyelesaikan program pendidikan diperkenankan untuk melanjutkan sebagai seorang samanera dan atthasilani tetap. Di mana seorang samanera yang telah mendapatkan pendidikan yang cukup dan memenuhi syarat, dapat ditahbiskan menjadi Bhikkhu, karena samanera merupakan calon Bhikkhu.

Selanjutnya Bapak Tjia Kong Min,berharap kegiatan Pabbajja Samanera dapat dilaksanakan setiap tahun nya di kota Singkawang,tuturNya. (Kong Min/skw)