PENTINGNYA ILMU DAN IMAN

Oleh Hanisah*
Ilmu merupakan anugrah dari Allah SWT yang diberikan kepada umat manusia. Begitu juga iman, ia merupakan nikmat tertinggi yang dimiliki setiap hamba Allah. Ilmu dan iman merupakan hal yang selalu menopang antara satu dengan lainnya. Sebagaimana kata bijak Albert Einstein bahwa ilmu tanpa agama, buta. Sedangkan agama tanpa ilmu, lumpuh. Sedemikian besar pengaruh kedua-duanya dalam kehidupan kita. Berikut ini cuplikan dialog yang sangat berharga antara seorang anak laki-laki dan ibunya :
Di subuh yang dingin… Pagi itu ku dapati Ibu sudah sibuk memasak di dapur.
“Ibu masak apa? Bisa ku bantu?”
“Ini masak gurame goreng. Sama sambal tomat kesukaan Bapak” sahutnya.
“Alhamdulillah.. mantap pasti.. Eh Bu.. calon istriku kayaknya dia tidak bisa masak loh…”
“Iya terus kenapa..?” Sahut Ibu.
“Ya tidak kenapa-kenapa sih Bu.. hanya cerita saja, biar Ibu tak kecewa, hehehe”
“Apa kamu pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus rumah dan lain lain itu kewajiban Wanita?”
Aku menatap Ibu dengan tak paham.
Lalu beliau melanjutkan, “Ketahuilah Nak, itu semua adalah kewajiban LELAKI.
Kewajiban kamu nanti kalau sudah beristri. “katanya sambil menyentil hidungku.
“Lho, bukankah Ibu setiap hari melakukannya?”Aku masih tak paham juga.
“Kewajiban Istri adalah taat dan mencari ridho Suami.” kata Ibu.
“Karena Bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah, maka Ibu bantu mengurusi semuanya. Bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta dan juga wujud Istri yang mencari ridho Suaminya”
Saya makin bingung Bu.
“Baik, Nak Ini ilmu buat kamu yang mau menikah.” Beliau berbalik menatap mataku.
“Menurutmu, pengertian nafkah itu seperti apa? Bukankah kewajiban Lelaki untuk menafkahi Istri? Baik itu sandang, pangan, dan papan?”tanya Ibu.
“Iya tentu saja Bu..”
“Pakaian yang bersih adalah nafkah. Sehingga mencuci adalah kewajiban Suami.
Makanan adalah nafkah. Maka kalau masih berupa beras, itu masih setengah nafkah. Karena belum bisa di makan. Sehingga memasak adalah kewajiban Suami.
Lalu menyiapkan rumah tinggal adalah kewajiban Suami. Sehingga kebersihan rumah adalah
kewajiban Suami.”
Mataku membelalak mendengar uraian Ibuku yang cerdas dan kebanggaanku ini.
“Waaaaah.. sampai segitunya bu..? Lalu jika itu semua kewajiban Suami. Kenapa Ibu tetap melakukan itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekalipun?”
“Karena Ibu juga seorang Istri yang mencari ridho dari Suaminya. Ibu juga mencari pahala agar selamat di akhirat sana. Karena Ibu mencintai Ayahmu, mana mungkin Ibu tega menyuruh Ayahmu melakukan semuanya. Jika Ayahmu orang yang kaya mungkin pembantu
bisa jadi solusi. Tapi jika belum ada, ini adalah ladang pahala untuk Ibu.”Aku hanya diam terpesona.
“Pernah dengar cerita Fatimah yang meminta pembantu kepada Ayahandanya, Nabi, karena tangannya lebam menumbuk tepung?
Tapi Nabi tidak memberinya. Atau pernah dengar juga saat Umar bin Khatab diomeli Istrinya? Umar diam saja karena beliau tahu betul bahwa wanita kecintaannya sudah melakukan tugas macam-macam yang sebenarnya itu bukanlah tugas si Istri.”
“Iya Buu…”
Aku mulai paham,
“Jadi Laki-Laki selama ini salah sangka ya Bu, seharusnya setiap lelaki berterimakasih pada Istrinya. Lebih sayang dan lebih menghormati jerih payah Istri.”Ibuku tersenyum.
“Eh. Pertanyaanku lagi Bu, kenapa Ibu tetap mau melakukan semuanya padahal itu bukan kewajiban Ibu?”
“Menikah bukan hanya soal menuntut hak kita, Nak. Istri menuntut Suami, atau sebaliknya. Tapi banyak hal lain. Menurunkan ego, menjaga keharmonisan, mau sama mengalah, kerja sama, kasih saying, cinta, dan persahabatan.
Menikah itu perlombaan untuk berusaha melakukan yang terbaik satu sama lain. Wanita sebaik mungkin membantu Suaminya. Lelaki sebaik mungkin membantu Istrinya. Toh impiannya rumah tangga sampai Surga”
“MasyaAllah….eeh kalo calon istriku tahu hal ini lalu dia jadi malas ngapa-ngapain,
gimana Bu?”
“Wanita beriman yang baik tentu tahu bahwa ia harus mencari keridhoan Suaminya. Sehingga tidak mungkin setega itu. Sedang lelaki beriman yang baik tentu juga tahu bahwa Istrinya telah banyak membantu. Sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya.”
Isi dialog diatas menggambarkan betapa pentingnya peran ilmu dan iman (agama) dalam kehidupan berumah tangga. Setidaknya para istri tau dengan perannya sebenarnya. Setidaknya suami juga sadar dengan kebajiban yang harus dilaksanakannya. Seandainya seorang istri hanya punya ilmu tanpa disertai iman, maka dia akan menuntut suami untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dalam rumah tangganya. Begitu juga sebaliknya, jika seorang suami tidak mengedepankan iman, pasti dia akan seenaknya mengatakan “ Jika istri mengizinkan suami poligami, maka surga baginya”. Perlu digarisbawahi bahwa poligami bukanlah ANJURAN, melainkan hanya SOLUSI.
Wahai para istri, ikhlaslah menjalankan segala rutinitasmu dalam rumah tangga walaupun engkau tau sebagian besarnya bukanlah kewajibanmu. Kerjalan semuanya dengan penuh keimanan serta yakinlah Allah pasti akan membalas semuanya. Wahai para suami, sadarlah bahwa istrimu sudah sangat banyak berkorban untuk rumah tanggamu. Muliakan dia karena dengan memuliakan istri, engkau pun akan menjadi mulia. Jangan pernah engkau hapus segala kebaikannya hanya karena sedikit kekurangannya. Pandanglah wajahnya, pandanglah wajah anak-anakmu yang dirawat dengan sepenuh hatinya. Cintai mereka, karena keluargamu adalah syurgamu.
Begitulah penting ilmu dan iman dalam menjaga rumah tangga bahagia dalam menggapai syurga bersama. Semoga tulisan ini bermanfaat dan membuat para istri tersenyum BAHAGIA.
*Penulis adalah Penyuluh Agama Islam Singkawang Timur