SIAPAKAH SESAMAKU (Lukas, 10: 25 – 37)

Oleh: Liu Siang Ha, S.Th*
Kisah ini berawal dari niat seorang ahli taurat ingin mencobai Tuhan Yesus, mungkin lebih berkeinginan menjatuhkan dan mempermalukan Tuhan Yesus. Dia bertanya apa yang seharusnya dia lakukan demi dapat hidup kekal? . Tuhan Yesus tahu maksud hati ahli taurat itu. Ada niat ahli taurat menyombongkan diri karena:
– Dia hafal Taurat, dia merasa paling taat Taurat,
– Dia lebih suci dari orang lain.
Tapi Tuhan Yesus tidak terbawa pola pikirnya. Yesus balik bertanya apa yang Firman Tuhan katakan? kasihilah Tuhan kasihlah sesamamu seperti dirimu sendiri. Yesus katakan perbuatlah demikian. Ayat 29 untuk membenarkan diri ahli taurat bertanya siapakah sesamaku manusia?
Salah seorang tokoh besar Hugo Gratius yang hidup pada masa 1583-1645. Pemuda jenius ini berdarah Belanda, meletakkan dasar hukum internasional tentang kodrat manusia menyatakan teori tentang teman sahabat sesama manusia.
Ton Pros Ti : kebersamaan yang mengikat dua belah pihak.
Petimusque damusque Viccisim: tugas Mulia harus dilakukan secara timbal balik tidak diskriminatif.
Dengan begitu digambarkan bahwa perlakuan kita kepada sesama harus didasari rasa kebersamaan, kesetaraan derajat, tugas mulia timbal balik, tidak egois dan tidak diskriminatif.
Dari perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang yang dirampok dan dianiaya ada tiga orang yang lewat: Imam melihat Tapi lewat, Lewi melihat Tapi lewat, orang Samaria: memperhatikan, bersihkan luka, menaikkan ke atas keledai,merawat di penginapan, membiayai perawatan, berpesan. Dari tiga orang itu manakah sesamamu? Jawab ahli Taurat ayat 37 yang menunjukkan belas kasihan. Jadi sesama itu harus :
- Ada perhatian
Dua tokoh dalam perumpamaan Yesus adalah orang-orang terkemuka yaitu Seorang imam, dan seorang Lewi, suku yang dikhususkan untuk melayani Bait Allah. Mereka hanya melihat tapi tidak peduli. Ketika diperhadapkan pada kebutuhan sesamanya, baik sang imam maupun orang Lewi, sama-sama tidak mau memberikan pertolongan, mungkin mereka takut mengambil risiko menolong orang yang belum mereka kenal, mungkin mereka sangat sibuk dan sedang terburu-buru. Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4). Perhatian kita, menunjukkan kebaikan Kristus bagi orang lain. Kiranya kita terus dimampukan melayani sesama pada saat mereka membutuhkannya, menjangkau jiwa-jiwa yang terluka, yang berkekurangan, dan yang bergumul di tengah dunia yang sangat membutuhkan kepedulian kita.
- Ada kepedulian
Orang Samaria yang murah hati menjadi contoh teladan kepeduliaan bagi sesame, tidak egois, tidak memprioritaskan dirinya sendiri. Berbeda dengan orang-orang yang katanya rohani tapi tidak tergerak untuk menolong pria yang tergeletak di jalan itu. Orang Samaria ini juga mengorbankan waktu, uang dan tenaganya untuk membantu orang yang dia tidak kenal. Apa yang bisa dipelajari dari kisah orang Samaria ini? Kita bisa menjadi teladan dalam tingkah laku kita yaitu dengan cara kita tidak egois. kita bisa membantu orang lain, melayani orang lain, memperhatikan orang lain dengan kerendahan hati, bukan untuk mencari pujian atau kepentingan. Kita juga harus ingat bahwa dalam melakukan itu semua, kita tidak boleh pilih-pilih orang. Karena Tuhan memandang semua orang itu berharga. Begitu juga kita harus memandang semua orang sama dan berharga. Peduli sesama kita bukan hanya karena satu agama, satu suku, satu hubungan keluarga, satu kantor, satu level, satu sosialita, tapi setiap dan semua manusia adalah sesama tanpa terkecuali.
- Ada Tindakan nyata
Yesus menggiring ahli taurat untuk menjawab sendiri pertanyaan yang dia ajukan. Ahli taurat ini menjawab di ayat 27 “Jawab orang itu : kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilan sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Ahli taurat ini memang mengetahui secara detail, sehingga pernyataannya itu dinyatakan benar oleh Yesus, seperti perkataan Yesus di ayat 28 “Kata Yesus kepadanya perbuatan demikian. Jadilah sesama yang baik dengan ada tindakan nyata. Apa yang Tuhan ajarkan jangan hanya paham tapi terwujud dalam tindakan.
Tuhan hadir di dalam sesama kita yang membutuhkan pertolongan (Mat 25:40).
Kisah orang Samaria yang baik hati mendorong kita untuk mengasihi tanpa memandang bulu, tanpa membeda- bedakan ras dan golongan, dan tanpa mengharapkan balasan. Kristus sendiri telah memberikan teladan kepada kita, sebab Ia-lah yang digambarkan sebagai orang Samaria yang baik hati itu. Kristus telah menolong kita, menyembuhkan luka-luka kita akibat kejatuhan kita ke dalam dosa. Setelah mengalami pertolongan Tuhan ini, kitapun dipanggil oleh Kristus untuk melakukan hal yang sama, yaitu terhadap sesama harus; ada perhatian, ada kepedulian, ada tindakan nyata bagi yang membutuhkan pertolongan, baik itu adalah teman kita, ataupun orang yang membenci kita.
Setelah kita memenuhi tugas kewajiban kita di dalam keluarga dan pekerjaan kita, kita perlu juga berkarya bagi orang lain dengan menjadi sesama yang baik bagi mereka yang membutuhkan.
*Penulis adalah Penyuluh agama Kristen Kankemenag Kota Singkawang