Bahagia yang Baik dan Tepat (Pengkhotbah 5:17)

15
Agu 2024
Kategori : Artikel
Penulis : humas
Dilihat :287x

Oleh: Liu Siang Ha, S.Th*

Bahagia adalah  harapan dan impian setiap  orang. Menurut KBBI, Bahagia adalah keadaan pikiran, perasaan kesenangan, ketentraman hidup secara lahir batin untuk  meningkatkan visi/ tujuan diri. Seberapa penting kebahagiaan itu:

– Bahagia adalah  hak setiap orang,

– Berdampak positif pada jiwa ,

– Meningkatkan sistem kekebalan tubuh,

– Meningkatkan harapan hidup,

– Membuat hidup lebih produktif

Dunia sering  memahami bahagia itu bila :

– Punya harta atau uang yang banyak, – Bisa terpenuhi hobinya, – Tidak ada masalah hidup. Menurut survei di Indonesia orang bahagia itu: – 90,4% jika punya rumah bagus.  – 83% Jika punya kekayaan finansial. – 66,2% jika punya prestasi akademik dan capaian profesional.

Bill Gates juga tidak menyangkal bahwa uang berpengaruh pada kebahagiaan seseorang. Hari ini kita  belajar bahagia yang baik dan tepat berdasarkan Pengkhotbah 5 :17. Tidak dipungkiri bahwa hidup cukup dan terpenuhinya kebutuhan, mempengaruhi kebahagiaan namun apakah  itu sebuah kepastian?

Bagaimana bahagia yang baik dan tepat:

  1. Menikmati hidup Pengkhotbah 5:17a

Disebutkan bahwa  makan minum dan bersenang-senang. Menikmati hidup bicara  kualitas bukan hanya kuantitas. Menikmati hidup tidak hanya  dalam kelimpahan. Kita bisa melihat banyak orang sukses terkenal,kaya raya tapi tidak bahagia, tidak bisa menikmati kelimpahan. Demi harta seluruh hidup berfokus pada  kerja keras, sehingga tidak ada kesempatan bahagia. Atau harus berobat kesana-kemari dengan  biaya mahal. Bukan berarti kaya itu salah. Tapi Firman Tuhan mau kita semua bisa menikmati apa yang  ada pada diri kita, yang punya banyak bisa menikmati kelimpahannya, yang punya sedikit bisa menikmati kesederhanaannya.  Untuk bisa menikmati hidup harus ada:

– Rasa syukur

Mudah untuk bersyukur saat segala sesuatunya berjalan baik. Namun, saat tantangan datang, kebanyakan dari kita cenderung terjebak dalam pikiran negatif dan tidak bersyukur . Setiap kali kita sulit dan lupa untuk untuk bersyukur, ingat 1 Tesalonika 5:18 “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. Mengucap syukur akan membuat hidup menjadi lebih berbahagia. Orang yang tidak tahu mengucap syukur adalah orang yang menderita dan tidak berbahagia hidupnya. Mereka tidak pernah merasa puas. Tidak pernah merasa cukup.

– Sukacita

Ada berbagai alasan seseorang mengalami sukacita dalam hidupnya:  Saat ia menang undian, saat menikah orang yang dicintai, ketika memiliki uang banyak, lulus ujian atau diwisuda sebagai sarjana, ketika dianugerahi anak. Seorang pasien akan bersukacita ketika dokter menyatakan bahwa ia sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit; seorang atlet mengalami sukacita yang luar biasa ketika ia mampu merebut medali emas di sebuah kejuaraan; seorang petani bersukacita tatkala musim panen tiba; begitu pula seorang karyawan akan bersukacita ketika tiba waktu gajian atau mendapat promosi jabatan. Berapa lama sukacita itu akan bertahan? Sukacita yang ditawarkan oleh dunia ini sifatnya hanya sementara, tidak akan bertahan lama. Sukacita yang melimpah dan yang tidak lekang oleh waktu hanya akan kita temukan di dalam Tuhan Yesus. Sukacita yang dari Tuhan tidak bergantung pada situasi dan kondisi. kita harus hidup didalam kasih Kristus, maka kita tidak akan kehilangan sukacita. Yohanes 15: 9-11: 15:9 “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.15:10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.15:11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.

– Tidak berfoya-foya

Berfoya-foya berarti menghambur-hamburkan uang atau harta demi memuaskan keinginan daging. Peringatan untuk tidak berfoya-foya dalam kemewahan tidak terbatas dalam lingkup yang sempit; termasuk juga perbuatan kejam atau perlakuan tidak adil terhadap orang benar yang tidak berdaya. Hidup berfoya-foya itu yang dilakukan oleh orang kaya dan Lazarus yang miskin.  Semasa hidupnya, orang kaya itu mementingkan dirinya sendiri,  sehingga ia tidak peduli penderitaan Lazarus di depan matanya. Lazarus itu sakit dan sehari-harinya berbaring di dekat pintu rumahnya, kelaparan dan mengharapkan sisa-sisa makanan darinya, namun ia tidak membagikan sedikitpun dari harta miliknya yang berlimpah. Setelah wafatnya ia harus menerima akibatnya: yaitu mengalami penderitaan di alam maut. Segala kekayaan yang kita peroleh dari Tuhan harus kita kembalikan untuk kemuliaan nama-Nya.

  1. Berusaha dengan jerih payah pengkhotbah 5 :17b

Tuhan mau orang percaya rajin bukan malas. mandiri bukan menyusahkan orang lain, harus bekerja.  Ada kata dengan jerih payah, ini bisa kita pahami bahwa bekerja dengan nyeri payah adalah pola bekerja yang ideal atau seharusnya. Bekerja mengumpulkan berkat itu harus:

– Jujur:

Tidak menipu, tidak semena-mena  atas kesusahan orang, tidak ada niat terselubung. Orang jujur semakin sulit ditemukan pada masa kini. Tuntutan hidup membuat banyak orang berlaku tidak jujur.  orang-orang yang tidak jujur sedang mengikuti kehendak Iblis (Mat. 5:37) Apa keuntungan hidup jujur? – Bergaul erat dengan Tuhan. Amsal 3:32  karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat.

– Tulus:

Tulus sama dengan tidak ada niat jahat, bahkan tidak ada niat mencelakai orang lain, tidak merampas hak orang lain. Kecenderungan manusia adalah memikirkan keuntungan dirinya sendiri.   Ketulusan sejati tidak muncul dari hikmat manusia tetapi muncul dari kasih karunia Tuhan. kita telah mendapatkan  ketulusan yang Tuhan berikan untuk kita, maka ketulusan itu harus kita wujudkan dan kita bagikan kepada orang lain.

– Rajin

Orang malas disuruh belajar pada semut. Rajin artinya mau berbuat mau bergerak.Penuh dengan keinginan tapi tidak disertai dengan tindakan adalah ciri seorang pemalas.  ciri  dari pemalas adalah suka  banyak alasan untuk tidak melakukan sesuatu.   kemalasan hanya mendatangkan kerugian, tidak ada sisi positifnya.  “oleh karena kemalasan runtuhlah atap, dan oleh karena kelambanan tangan bocorlah rumah.”  (pengkhotbah 10:18). kerajinan adalah jalan yang akan menuntun kita kepada mujizat dan berkat tuhan, sebaliknya kemalasan menutup pintu berkat, sebab tuhan tidak akan pernah memberkati orang-orang yang malas.

– Ulet

Kerajinan yang teguh meski sulit meski tidak tampak hasil yang instan. ulet juga bisa berarti bekerja lebih dari orang lain dengan tekun. kalau kita mau membuka pintu berkat Tuhan, kita harus belajar menjadi anak-anak Tuhan yang ulet.

Sudahkah kita bahagia. Maukah kita bahagia yang baik dan tepat. Mari kita: – Nikmati hidup dengan benar (Ada rasa bersyukur, sukacita, tidak foya-foya). – Berusaha dengan jerih payah yang benar  ( jujur, tulus rajin, ulet).

*Penulis adalah Penyuluh Agama Kristen Kankemenag Kota Singkawang