STICKER JUJUR

20
Agu 2024
Kategori : Artikel
Penulis : humas
Dilihat :420x

Oleh: Aliyansah, S.Pd.I, M.Pd*

Jujur merupakan salah wujud integritas seseorang. Dalam ajaran Islam, jujur merupakan lawan dari sifat pendusta. Kejujuran yang dimiliki seseorang dapat dilihat dari prilaku yang dilakukanya secara konsisten. Oleh karena itu, kejujuran merupakan respons kejiwaan yang diwujudkan secara tidak sadar dan ikhlas oleh seseorang, sehingga sifat jujur tidak dapat diketahui dari pengakuan lisan namun dapat dinilai dari fakta empiris atau perilakunya sehari-hari.

Saat ini kita dihadapkan dengan permasalahan kejujuran. Orang jujur seolah-olah barang langka yang sulit untuk ditemukan mulai dari lapisan masyarakat paling bawah sampai masyarakat tingkat elit. Tukang kayu meminta pekerjaan kepada majikan dengan harga borongan yang sudah dipastikan. Si majikan memberikan seluruh nilai rupiah kepada si tukang. Karena merasa rupiah sudah didapat, si tukang enggan untuk mengerjakan rumah majikan dengan sungguh-sungguh. Pada waktu yang disepakati rumah pun belum jadi dan rupiah sudah habis dikonsumsi. Terjadilah hubungan yang tidak baik antara si tukang kayu dengan majikan. Pada kasus yang lain, pada saat belum menjadi wakil rakyat, mereka berkompanye bahwa dirinya jujur dan amanah, akan tetapi setelah menjabat tidak sedikit mereka lupa dengan kompanye dan janji-janjinya, yang diingat hanya kepentingan belaka.

Banyak usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan kembangkan sifat jujur di negeri ini, diantaranya adalah membuat sticker jujur. Hal ini dilakukan untuk memberikan peringatan kepada setiap orang untuk menyadari akan penting dan urgennya sifat jujur untuk mengisi dan memperlancar pembangunan di Indonesia ini. Pada dasarnya, sticker jujur dalam hal ini setara dengan peci/kopiah, jubah, dan panggilan haji. Simbol-simbol tersebut merupakan aksesoris yang dapat dijadikan filter dan pengingat seseorang agar tetap terjaga dari sifat jujur. Keadaan tersebut dirasakan efektif pada beberapa era yang lalu.

Akhir-akhir ini banyak terjadi keunikan dalam perilaku hidup manusia. Simbol-simbol yang dahulu selalu selaras dengan pemakainya, saat ini berubah menjadi perisai bagi para penjahat. Dahulu orang harus mencuri dengan pakaian hitam dan bertopeng, saat ini sering ditemukan praktek pencuri berkopiah dan berpakaian putih, dahulu orang jujur berkompanye akan pentingnya kejujuran, saat ini sering ditemukan para pembohong berkompanye akan pentingnya kejujuran, tak sedikit pecandu NARKOBA berkompanye bahayanya NARKOBA. Seakan-akan zaman ini merupakan zaman edan yang sulit untuk mencari keselarasan antara jiwa seseorang dengan perilaku yang ditampakkannya.

Jujur akan dimiliki setiap orang jika mereka memiliki kedalaman iman dan membiasakan diri mempraktekkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari. Firman Allah:

وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعُ عَلِيمُُ

Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke manapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.“ (QS. 2: 115)

Merasakan akan kehadiran Allah SWT dalam praktek kehidupan dan berupaya keras membiasakan diri berperilaku jujur akan menyelaraskan seseorang dengan sticker jujur yang ditempelnya di setiap sudut pintu, kaca mobil, dan tempat kerjanya. Namun sebaliknya jika kehadiran Allah SWT sudah diabaikan dan enggan belajar jujur, maka sticker jujur hanya akan dijadikan topeng untuk menyelamatkan diri dari keserakahan dan kebohogan yang diperbuat selama ini.

Hidup jujur akan memberikan makna pada diri sendiri dan orang lain. Hidup dengan penuh kebohongan akan meresahkan hidup diri sendiri dan sangat merugikan hidup orang lain. Tempellah sticker jujur dengan niat tulus ikhlas untuk membiasakan diri berperilaku jujur.

*Penulis adalah Kasubbag TU Kankemenag Kota Singkawang