Domba Yang Hilang [Lukas 15: 1-7]

28
Agu 2024
Kategori : Artikel
Penulis : humas
Dilihat :195x

Oleh: Liu Siang Ha, S.Th*

Sebuah kisah yang sangat khas dalam ajaran Kristen yaitu hubungan antara Gembala dan domba. Selalu dilukiskan bahwa Tuhan itu gembala yang baik dan kita adalah domba-domba.

Kenapa perumpamaan sebagai domba ini bagus dan penting? Supaya kita bisa menyadari siapa kita. Gambaran tentang domba sama dengan

– Lucu dan punya harga bagus/ mahal

– Bulu dagingnya ada manfaat

– Makhluk lemah tidak bisa lindungi diri sendiri.

– Makhluk yang kurang pintar, bandingkan dengan (monyet anjing kucing dan lain-lain) .

– Makhluk yang perlu pengawasan Gembala.

Demikian pula kita ini berharga dan mahal di mata Tuhan. Tapi kita harus sadar diri kita ini lemah, tidak pintar dalam bertindak, perlu dilindungi.

Kisah ini berawal ketika pemungut pajak dan orang berdosa datang kepada Yesus ayat 1 dan ayat 2; pemuka agama memprotes Yesus dekat dengan orang berdosa. Inti Injil Lukas adalah Lukas 19: 10. Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Pelajaran apa yang bisa kita ambil:

  1. Perlu sadar diri

Orang Farisi, saduki, ahli Taurat, pemungut cukai orang berdosa semua sama di mata Tuhan sebagai domba jangan merasa suci sedangkan mengklaim domba lain itu tidak layak. Domba pun juga harus sadar diri jangan jadi nakal sendiri merepotkan gembalanya. Sebenarnya kita sama berdosanya dengan orang-orang yang kita benci, sama berdosanya dengan orang-orang yang ada di dalam penjara. Kalau kita merasa sudah pasti masuk Surga hanya karena rajin ke Gereja dan ikut pelayanan,  di situlah bukti bahwa kita terhilang karena salib Kristus kita rendahkan nilainya. Orang yang merasa dirinya paling baik justru tersesat paling jauh. Demikian juga kita yang mengaku Kristen tetapi masih menikmati dosa, mengaku sudah bertobat dan terima Yesus, tetapi tidak ada perubahan hidup, apakah benar Roh Kudus sudah ada dalam hati kita? Domba merupakan makhluk yang lemah, tidak punya taring, tidak bisa lari kencang. Begitu tersesat,  domba tidak bisa pulang sendiri kalau Gembala tidak mencarinya. Demikian juga manusia yang berdosa tidak bisa menyelamatkan diri sendiri. Berbuat baik seberapapun banyak, persembahan seberapapun banyak, itu semua tidak bisa menghapus dosa kita.

  1. Ambil langkah baik

Untuk jadi baik dan sesat itu pilihan domba. Patuh atau melawan, ikut atau sesat itu juga pilihan langkah. Ada domba yang menyesatkan diri ada yang tersesatkan, jangan bisa dibodohi atau disesatkan dunia ambil langkah yang baik. Kita harus memperhatikan baik-baik langkah kaki, kita memperhatikan setiap langkah agar tidak tersandung atau jatuh. Penting bagi kita untuk mengambil setiap langkah bersama Yesus dengan sikap bijaksana dan waspada.

  1. Hidup dalam kumpulan domba

Domba yang tertinggal sendirian sudah pasti akan mati. Kristen bukan hanya hubungan dengan Allah tapi juga hubungan dengan sesama manusia hidup dalam komunitas yang sama tanpa membeda-bedakan. Jangan suka jalan sendiri, untuk apa komunitas itu? untuk mendukung, untuk membimbing, untuk mengingatkan, tempat mempraktekkan Kasih. Gambaran Alkitab tentang Allah sebagai gembala kita adalah pengingat  kebutuhan kita akan satu sama lain dalam suatu persekutuan orang percaya. Sebagai anggota kawanan domba Allah, kita yang telah percaya kepada Kristus berada di bawah tuntunan dan perlindungan tangan-Nya. Apapun dosa yang telah kita lakukan, Ia tidak menghendaki kita hilang. Kembalilah kepada Dia, Dia mau menerima kita. Yesaya 1:18 – “Marilah, baiklah kita berperkara! – firman TUHAN – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”. Kalau kita tahu tentang seorang anak Tuhan yang tersesat, janganlah membiarkannya sesat dengan alasan apapun juga. Doakan dia, dan usahakan supaya ia kembali kepada Tuhan.

Kiranya kerinduan Tuhan untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang ini juga menjadi kerinduan kita bersama. Percayalah Tuhan akan memberikan kekuatan bagi kita untuk hidup menjadi saksi bagi-Nya, karena Dia pernah berjanji, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat. 28:20b). Amin. Tuhan tidak mau ada domba yang tersesat (Matius 18 :13 -14).

*Penulis adalah Penyuluh agama Kristen Kankemenag Singkawang