ANTARA ORANGTUA DAN ANAK (SIRAMAN ROHANI (SIRANI)
Oleh: Tjia Kong Min,S.E,S.Ag*
Permasalahan hidup dalam kehidupan berumah tangga banyak diwarnai dengan berbagai macam hal yang para pelakunya terdiri dari kedua orangtua dan anak-anak.
Bagaimana hal ini dapat kita pantau jaman sekarang marilah kita simak uraian berikut ini;
Pada zaman Buddha, bagaimana kehidupan berumah tangga diwarnai dengan beberapa permasalahan pokok diceritakan oleh Beliau sendiri dalam Itivuttaka, bagian dari Khuddaka Nikâya. Permasalahan hubungan antara orangtua dan anak harus kita pahami dengan sebaik-baiknya sehingga apa yang sesungguhnya diharapkan dapat pula kita pahami sebagaimana kenyataan di lapangan. Buddha berkata, “Terdapat tiga tipe anak laki-laki dan perempuan di dunia ini. Apa saja yang tiga itu?
Pertama: anak yang kelahirannya lebih tinggi daripada orangtua.
Kedua: anak yang kelahirannya sederajat dengan orangtua.
Ketiga: anak yang kelahirannya lebih rendah daripada orangtua.”
“Atijatam anujatam – Puttamicchanti pandita
Avajatam na icchanti – yo hoti kulagandhano
Ete kho putta lokasmim – ye bhavanti upasaka
Saddha silena sampanna – vadabbu vitamacchara
Cando abbhaghana mutto – parisasu virocare’ti”.
“Orang bijaksana mengharapkan kelahiran anaknya lebih tinggi atau sederajat dengan orangtua, bukan anak yang lebih rendah, yang mempermalukan keluarga. Anak-anak tersebut di dunia ini, upasaka-upasika, sempurna dalam sila, saddha, dana, bebas dari kekikiran, bersinar di mana saja bagaikan bulan bersinar terang tanpa kabut”.[Itivuttaka 74]
*Penulis adalah Kepala Seksi Urusan Agama Buddha Kankemenag Kota Singkawang