Meraih Pahala i’tikaf

20
Mar 2025
Kategori : Artikel
Penulis : humas
Dilihat :359x

Oleh Hanisah*

Begitu besar nikmat yang telah Allah Subhanaahu Wa Ta’ala berikan kepada kita, karena pada hari ini kita masih memiliki peluang untuk memasuki 10 terakhir dari bulan ramadhan yang di dalamnya terdapat keutamaan berupa lailatul qadar. Walaupun tahun ini banyak ujian bencana yang Allah turunkan di negeri kita tercinta, tentunya tidak harus mengurangi semangat kita untuk selalu memaksimalkan ibadah di bulan mulia ini.

Salah satu yang banyak dilakukan oleh para pencari malam Lailatul Qadar adalah dengan melakukan i’tikaf yaitu tinggal atau menetap di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah melalui banyak melakukan amal ibadah yang disyaratkan seperti mengerjakan sholat sunnah, membaca alqur’an, berzikir dan lain-lain.

Para ulama sepakat bahwa i’tikaf disyariatkan dalam agama Islam, baik di bulan Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya. Namun i’tikaf yang paling utama adalah pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan dengan landasan beberapa hadits sebagai berikut:

Pertama: Dari Aisyah istri Nabi SAW ia berkata “Adalah Nabi biasa beri’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melaksanakan i’tikaf sepeninggalnya (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain).

Kedua: Dari Ibnu Umar ia berkata “Adalah Rasulullah biasa beri’tikaf pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan (Muttafaqun alaihi).

Ketiga: Dari Aisyah ia berkata “Rasulullah apabila sudah masuk 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, maka beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malam itu dan membangunkan istrinya (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain).

“Mengikat kainnya” bermakna bahwa Rosulullah bersungguh-sungguh dalam beribadah dan tidak bercampur dengan istri-istrinya karena selalu beri’tikaf setiap 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan. “Menghidupkan malamnya” artinya beliau sedikit sekali tidur dan banyak melakukan sholat dan berzikir. “Membangunkan istrinya” artinya Rasulullah menyuruh istri-istrinya sholat malam (Tarawih) serta melakukan ibadah-ibadah lainnya.

Keempat: Aisyah berkata adalah Rasulullah bersungguh-sungguh dalm beribadah pada 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan melebihi kesungguhannya di malam-malam lainnya (HR. Muslim dan Ahmad).

Dari hadits-hadits di atas dapat diketahui bahwa disunnahkan bagi orang yang beri’tikaf untuk memperbanyak amal ibadah serta menyibukkan diri dengan sholat berjamaah, sholat-sholat sunnah, membaca alqur’an, berzikir, bersholawat, dan ibadah-ibadah lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah yang disyariatkan. Adapun beberapa keutamaan yang bisa kita raih dari i’tikaf antara lain:

Menyambut datangnya Laitatul Qadar

Sebagaimana Firman Allah Subhanaahu Wa Ta’ala. Dalam QS. Al-Qodar ayat 1-5:

Artinya “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.

Mendekatkan diri kepada Allah

Berdiam diri sebagaimana yang dimaksudkan dalam perintah ini adalah untuk mengagungkan nama dan kebesaran-Nya. Hal itulah yang menjadikan itikaf sebagai salah satu bentuk kedekatan diri kepada Allah Subhanaahu Wa Ta’ala.

Bentuk ketaatan kepada ajaran Rasulullah

Diriwayatkan dalam Bukhari dan Muslim, setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari, Rasulullah menjalankan ibadah itikaf.

Abu Hurairah ra berkata:”Adalah kebiasaan Rasulullah SAW dalam menjalankan itikaf sepuluh hari lamanya setiap bulan Ramadhan. Dan pada tahun wafatnya, beliau menjalankan itikaf selama dua puluh hari.” (HR. Bukhari & Muslim)

Didoakan ampunan oleh malaikat

Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam”Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para malaikat akan mendoakannya, “Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia,” (HR. Ahmad)

Dijauhkan dari api neraka

Dikisahkan dari Ibnu Abbas ra, “Barangsiapa beri’tikaf satu hari karena mengharap keridhaan Allah, Allah akan menjadikan jarak antara dirinya dan api neraka sekauh tiga parit, setiap parit sejauh jarak timur dan barat,” (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Diampunkan dosa-dosa yang lalu

Keutamaan ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat Dailami,
Barangsiapa yang beri’tikaf dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala) maka dia akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu,” (HR. Dailami)

Selain itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Barang siapa berdiri (melaksanakan ibadah) pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘alaihi).

Begitu besar peluang pahala yang Allah sediakan kepada kita. Oleh karena itu, kita gunakan 10 malam terakhir bulan Ramadhan ini dengan beri’tikaf dan melaksanakan berbagai ibadah. Dan kita berharap agar lailatul qadar hadir ketika kita sedang melaksanakan ibadah sehingga Allah ampunkan dosa-dosa kita yang telah lalu. Bukankah ampunan Allah  merupakn nikmat terbesar dalam kehidupan kita untuk menyongsong kehidupan yang kekal abadi?.

*Penulis adalah Penyuluh agama Islam Kankemenag Kota Singkawang